Rabu, 10 Oktober 2012
Mata pelajaran Bahasa Inggris SD dihapus
Koran SINDO -
Kamis, 11 Oktober 2012 − 06:29 WIB
Sindonews.com - Pembahasan kurikulum baru memasuki babak baru.Pemerintah sepakat menghapus mata pelajaran Bahasa Inggris dari jenjang sekolah dasar (SD).
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, anak-anak sekolah dasar lebih baik fokus belajar bahasa Indonesia. Penambahan Bahasa Inggris juga dinilai membebani siswa sekolah dasar.
"Bahasa Inggris itu selama enam bulan saja, dia bisa mengerti. Anak TK saja dipaksa ikut les Bahasa Inggris. Kalau bahasa kasarnya, itu haram sekali hukumnya. Kasihan anak-anak," kata dia seusai Pelaksanaan Kegiatan TOT Pembangunan Karakter Bangsa pada Guru dan Kepala Sekolah melalui Kebudayaan di Jakarta kemarin.
Mantan Rektor Universitas Andalas (Unand) Padang ini menambahkan, kebijakan penghapusan Bahasa Inggris ini diterapkan pada sekolah negeri. Termasuk sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang 80% proses pengajarannya memakai Bahasa Inggris harus mengikuti kurikulum yang baru ini.
Sementara di sekolah swasta dan sekolah internasional, Musliar mengaku, belum ada pengkajian secara khusus apakah mereka ikut dilarang juga. Namun, seluruh sekolah harus mengikuti kurikulum yang dibuat pemerintah.
Mantan Irjen Kemendikbud itu menambahkan, pembahasan kurikulum baru ini masih berjalan dan ditargetkan selesai akhir tahun. Isu yang berkembang, para pakar yang tergabung dalam tim penyusun mengusulkan penyederhanaan mata pelajaran di sekolah dasar hanya menjadi enam mata pelajaran saja.
Musliar menyebutkan, keenam pelajaran itu ialah Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, Bahasa Indonesia, Seni dan Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes).
Jika sebelumnya mata pelajaran IPA IPS akan dilebur menjadi Ilmu Pengetahuan, kemarin Musliar menyebutkan, kedua mata pelajaran itu akan tetap ada, namun tidak menjadi satu mata pelajaran. Nanti akan diintegrasikan ke enam mata pelajaran yang menjadi mata pelajaran wajib tersebut.
“Jadi seperti di Bahasa Indonesia, pelajar bisa mempelajari halilintar atau hujan sambil belajar membaca. Jadi IPA akan menjadi penggerak atau motor bagi mata pelajaran lain,” kata dia.
Musliar juga mengaku, selama ini pelajaran Bahasa Indonesia kurang bermakna. Dia mencontohkan, metode membaca “Ini Budi, Ini Ibu Budi” masih dipakai sampai sekarang.Padahal makna dari kalimat itu saja tidak terkorelasi dengan pelatihan otak kanan dan kiri siswa.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistiyo berpendapat ada benarnya juga Bahasa Inggris dihapus untuk mengurangi beban siswa. Disamping itu, Bahasa Indonesia juga penting untuk ditingkatkan karena statusnya sebagai bahasa negara dan identitas nasional.
Dia juga mengapresiasi penghapusan itu karena dalam kurikulum nasional tidak tercantum Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib, namun sekolah memasukkannya dalam muatan lokal (mulok) saja.
Anggota Komite III DPD ini tetap meminta pemerintah membuat alternatif lain supaya siswa tetap dapat menguasai Bahasa Inggris karena sifatnya yang sudah menjadi bahasa pergaulan internasional.
(san)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar